Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengelola Ekspektasi: Jangan Jadikan Anak Alat Prestise


Mengelola Ekspektasi: Jangan Jadikan Anak Alat Prestise

Oleh: Nor Alita Hana Muf'ida

Tidak sedikit orang tua yang merasa bangga saat anaknya meraih juara kelas, memenangkan lomba, atau diterima di sekolah favorit. Tumbuhnya kebanggaan adalah hal wajar karena semua orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya. Namun, harus disadari untuk berhati-hati agar kebanggaan tersebut tidak menjelma menjadi ambisi orang tua yang justru dibebankan kepada anak. Selain itu jangan jadikan pencapaian anak sebagai alat prestise sosial.
Perlu kita ingat bahwa anak bukan perpanjangan ambisi kita. Sering kali tanpa disadari, orang tua memasukkan harapan-harapannya yang belum tercapai ke dalam rencana hidup anak. Misalnya, saat keinginan orang tua di masa lalu tidak dapat meraih cita-cita menjadi dokter, kini anak harus mewujudkan impian itu. Contoh lainnya ketika orangtua ingin dipandang berhasil mendidik anak-anaknya oleh lingkungan maka anak didorong untuk mengikuti berbagai pelajaran tambahan, kursus dan lomba-lomba demi membangun citra "anak hebat".
Nyatanya, setiap anak memiliki minat, kepribadian, dan jalannya masing-masing.
Memaksakan mimpi orang tua kepada anak dapat membuat mereka tertekan, kehilangan motivasi belajar, bahkan merasa tidak dicintai apa adanya. Bahaya di balik ambisi yang terlalu besar dapat mempengaruhi psikis anak. Ekspektasi yang terlalu tinggi dan tidak realistis dapat menggerus rasa percaya diri anak. Mereka mungkin merasa gagal jika tidak memenuhi harapan dan terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan mengecewakan orang tuanya. Hal ini tidak hanya berisiko terhadap kesehatan mental anak, tetapi juga dapat merusak kedekatan emosional antara anak dan orang tua.
Dampak yang akan timbul saat orang tua memberikan beban atas harapannya yang tidak didasari atas minat dan bakat anak, maka ia dapat tumbuh tanpa benar-benar mengenal dirinya. Mereka terbiasa menyenangkan orang lain, namun sering kali tidak memahami apa yang benar-benar mereka inginkan dalam hidupnya sendiri.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
1. Dengarkan anak, bukan hanya mengarahkan tetapi berilah ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi minatnya sendiri.
2. Bangun komunikasi yang jujur dan terbuka. Tanyakan apa yang mereka suka, bukan hanya apa yang menurut kita penting.
3. Hargai setiap proses yang dijalani tidak sekedar melihat hasil dengan cara menumbuhkan apresiasi atas usaha, bukan semata pencapaian.
4. Ajarkan bahwa kasih sayang orang tua tidak bergantung pada nilai rapor atau piala kejuaraan, melainkan hadir tanpa syarat apa pun.
Peran kita sebagai orang tua bukanlah membentuk anak sesuai harapan kita, melainkan mendampingi mereka tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Biarkan mereka tumbuh dengan keunikan, bukan tekanan. Anak yang dibesarkan dengan penerimaan akan tumbuh menjadi sosok yang percaya diri, bahagia, dan mampu menapaki kehidupan dengan langkah yang sesuai dengan jati dirinya.


 

Posting Komentar untuk "Mengelola Ekspektasi: Jangan Jadikan Anak Alat Prestise"